Ketukan di pintu
kamarku membuatku terbangun, disusul suara tidak asing yang setiap harinya aku
dengar,”Nona, ayo, bangun. Sarapan sudah siap di bawah.”
“Iya, Bi,” sahutku dari dalam kamar.
Aku mendengar langkah kaki turun ke bawah. Aku segera mengambil kacamata di
meja belajarku lalu membuka jendela untuk membiarkan udara pagi masuk. Angin
yang hangat berlomba – lomba masuk ke kamarku. Aku menatap kosong rumah – rumah
yang berdempetan serasa melihat orang – orang yang berdesakan dalam kendaraan
umum. Aku berbalik menuju pintu kamarku, bersiap – siap ke sekolah.
****
Aku tidak melihat sosok wanita
tinggi dengan gaya glamour-nya maupun
laki – laki tinggi tegap dengan potongan kumis rapi. Seperti pagi – pagi
biasanya. Hanya Bi Margareth di dapur, Pak Kasmir di garasi, dan aku di ruang
makan, menyantap sarapan dalam keheningan. Aku mengambil piring dan gelas lalu
pergi ke dapur. “Nona, sudah dibilang berapa kali, tidak usah membawa piring –
piring kotor itu ke sini, biar aku saja yang membawanya,” Bi Margareth
memberitahuku sambil menatapku penuh arti. “Tidak apa – apa, kok, Bi. Panggil
saja aku Yuki, bukankah aku juga sudah memberitahu bibi berkali – kali tentang
hal itu?” balasku penuh percaya diri namun tetap menjaga nada suaraku. Bi
Margareth menatapku lama sebelum tertawa kecil lalu mengambil piring dan gelas
di tanganku,”Kamu anak yang baik, Yuki. Sayang, mama dan papamu tidak tahu hal
itu. Mereka terlalu sibuk bekerja. Sabar, ya, Yuki.”
Aku tersenyum menatap punggung
wanita yang sudah cukup berumur itu. Dia sangat baik, dia juga yang merawatku
sejak kecil, selain Mamaku yang hanya merawatku hingga aku masuk TK. Aku
melihat jam dinding yang tergantung di atas dapur. Mengetahuinya, aku langsung
mengambil tasku dan membuka pintu,”Aku berangkat dulu, ya Bi,” anggukan kepala
menjadi balasannya seperti biasa. Aku keluar menemui Pak Kasmir yang sudah
duduk di kursi pengemudi, siap untuk mengantarku ke sekolah. Aku masuk ke mobil
itu, tidak mau membuat sopir sabar itu menunggu terlalu lama. Setelah tahu
kalau pintu penumpang sudah tertutup rapat, Pak Kasmir melajukan mobil keluar
halaman rumah, menuju Sky High.
****
“Yuki!” sapa Sanni dengan ceria. Aku
tersenyum membalas sapaannya setiap pagi.
Sanni
adalah teman sekelasku. Dia selalu ceria dan selalu tersenyum. Dia ikut ekskul cheerleader, sama seperti Monica. Dia
orang yang supel, berkebalikan denganku yang pendiam dan penyendiri. Seluruh
anak kelasku berteman baik dengannya. Sifatnya juga baik dan jujur.
Aku
pergi ke tempat dudukku yang ada di barisan paling belakang. Aku meletakkan
tasku dan duduk di kursi yang dingin itu, menatap ke depan, entah apa yang aku
lihat. Akhirnya aku menoleh, menatap anak yang duduk di sebelahku. Rambut hitam
itu menutupi wajahnya yang menghadap ke permukaan meja, dia tidur seperti pagi
biasanya. Caesar –itu namanya– selalu seperti itu. Menurutku pribadi, sifat dan
namanya itu tidak cocok. Nama Caesar berarti kaisar yang tegas dan dihormati
karena kepemimpinannya, tapi Caesar yang ini lebih sering bercanda, tidak tegas
bahkan terkadang aku lihat dia selalu berkumpul dengan perempuan yang berganti
terus tiap harinya,meski aku akui nilainya lumayan.entah karena tatapanku atau
karena insting, dia terbangun dari tidurnya dan menoleh, mendapati kalau aku
sedang menatapnya. “Ah, Putri sudah datang? Maaf, hamba tidak menyapa anda
tepat waktu. Pagi, Yang Mulia Snow White,” sapanya dengan candaan dan senyumnya
yang –cukup– menawan. Aku menoleh menghadap arah yang berlawanan sebagai balasan
sapaan yang aku tidak suka itu. Entah dia sengaja atau tidak, aku tidak suka
mendengar panggilan ‘Putri’ maupun ‘Snow White’. “Ah, Putri marah, ya. Jangan
marah, aku cuma bercanda, kok, Yuki,” ucapnya memohon saat melihat tindakanku.
Mereka, yang melihat ‘komedi’ tidak lucu ini –menurutku– tertawa dan mulai
berkumpul di meja Caesar. Aku kembali menatap meja Caesar yang kini ramai
dengan teman – temannya. Mungkin aku memang tidak suka disapa seperti itu, tapi
hanya dia satu – satunya anak laki – laki di kelasku yang menyapaku setiap
pagi. Aku merasa….bersyukur, karena dia yang duduk di sebelahku dan bukan anak
laki – laki lain yang tidak mungkin berani menyapa Snow White tidak ramah ini. Aku menatap meja Caesar yang penuh itu
hingga bel masuk berbunyi.
****
“Yuki,
sudah kamu kumpulkan?”
“Iya,
ini Kakak lihat saja sendiri,”
Aku
sedang berada di ruang ekskul drama, membahas lomba – lomba drama yang ada di
sekitar sekolah dengan ketua ekskul ini, Ko Sammy. Setelah ada lomba yang
dipilih, Ko Sammy akan mengajukannya ke pembimbing kami. “Kalau yang ini
bagaimana? Lokasinya tidak jauh dari sini,” kata Sandra, sekretaris ekskul
drama. “Tapi jangka waktunya terlalu singkat untuk latihan,” sahut Loki,
bendahara ekskul drama. Hanya tiga orang ini beserta aku, yang menjabat wakil
ekskul drama, berdiskusi dengan serius tentang lomba – lomba, sedangkan anggota
ekskul ini sedang bermalas – malasan di dalam ruangan yang cukup besar ini.
Mereka duduk berkelompok, membahas sesuatu yang tampaknya tidak kalah penting
dengan lomba drama yang kami bahas. Caesar duduk tidak jauh dari tempat kami
berdiskusi. Ya, dia ikut ekskul ini. Aku sendiri terkejut mengetahui anak laki
– laki yang aku kenal itu masuk ke ruang ekskul ini. Dia pasti ikut karena tahu
kalau ekskul ini lebih mempunyai waktu luang daripada waktu serius. Aku kembali
berdiskusi dengan yang lainnya, tidak sadar kalau Caesar menatapku.
****
“Sekian untuk hari ini. Aku harap
ada yang bisa memberi saran tentang drama apa yang akan kita mainkan. Kalian
boleh pulang,” seru Bu Catharina lantang. Aku bangkit dengan lelah setelah
diskusi yang lama. Anak – anak yang lain sudah berhamburan keluar ruangan
dengan semangat. Aku keluar setelah gerombolan anak perempuan, tiba – tiba aku
merasa ada yang memegang pundakku. Aku berbalik melihat Ko Sammy di
hadapanku,”Makasih, ya, sudah mencari info lomba – lomba drama. Maaf kalau aku
sudah menyusahkanmu,” dia mengatakan itu dengan lembut. Aku hanya menggelengkan
kepala sebelum dia keluar dengan melambaikan tangan padaku. Aku membalas lambaiannya
saat Caesar muncul dari belakangku. “Kamu sangat akrab dengannya, ya, Snow
White. Seperti putri dan pangeran,” godanya melihat aku membalas lambaian Ko
Sammy. “Apa maksudmu dengan putri dan pangeran? Aku dan Ko Sammy hanya
berteman, itu saja. Dan berhentilah memanggilku Snow White,” jawabku ketus.
“Hmm, benarkah?” tanyanya lagi, membuat emosiku memuncak. “Iya!” seruku dengan
emosi. “Oke…oke. Jangan cepat marah seperti itu, nanti cantiknya hilang, Yuki,”
ucapnya lembut, membuat emosiku turun drastis. Aku hanya tetap berjalan sampai
ke gerbang sekolah tanpa menoleh ke belakang. “Menunggu mobilmu seperti biasa?”
aku terkejut mendengar suara Caesar yang ternyata masih ada di belakangku.
“Iya,” jawabku agak lama. “Papamu yang menjemput?” tanyanya lagi. “Bukan,”
balasku singkat. “Siapa?” dia seperti menuntutku saat bertanya. “Sopirku,”
jawabku menyerah. Aku siap kalau dia menggodaku lagi, tapi dia tidak melakukan
itu, justru sebaliknya. “Oh, aku pikir papamu yang menjemputmu tiap harinya.
Papamu sibuk bekerja, ya? Mamau juga kan? Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah
kabur dari rumah atau menjadi berandalan di sekolah supaya mereka mengetahui
keberadaanku. Kamu hebat, ya, tidak egois padahal kamu kesepian kan. Aku temani
sampai mobilmu datang, ya.”
Aku
merasa tersentuh dengan ucapannya. Aku menahan air mataku agar tidak tumpah.
Aku tidak pernah tahu ada laki – laki sebaik dia. Aku pikir dia akan menggodaku
seperti kebanyakan anak laki – laki lain, tapi bukannya menggodaku dia malah
menghiburku. Caesar benar, selama ini aku kesepian, seperti ada lubang besar
dalam hatiku
.
Lubang itu sudah ada sejak orang tuaku kembali ke kesibukan mereka, tanpa sekalipun
menoleh padaku. Lubang itu terus membesar meskipun aku sudah mempunyai teman
yang selalu ada di sisiku. Tidak ada yang bisa menutupnya, sampai saat ini. Sampai
Caesar menghiburku. Lubang itu mulai tertutup karena hiburan yang diberinya. Aku
merasa tenang, damai, dan…bahagia.
Kerennn gaavv !! lanjutkann ><
BalasHapuscuma saran : pas bagian paragraf terakhir, kurang nggigitt gituu (menurutku), rodo mbo jabarno ae pom :D
mek itu seh hehee sori nek aku cerewet .____.v
Ou! >w<
Hapuspas ak baca lagi rasane kok ad yg kurang juga gitu (._.)
y ak usahain ya -w-
thx for the comment! X9